“Aere!!! Di mana kau sembunyikan diaryku???” teriak Aeires berulang kali. Tapi Aere keukeuh mengunci pintu kamarnya. Aere takut, jika ia membuka pintu kamarnya, kakak perempuannya itu bakal mencekiknya karena Aere mengambil buku diary kakaknya. Maka Aere pura-pura tidak dengar teriakan kakaknya itu.
“Uuuuhhhh... Awas kau! Begitu keluar, yang tersisa di kamarmu hanya lemari! Dasar, adik tidak tahu sopan santun!” diumpatkan kalimat tersebut di depan pintu kamar Aere dengan volume yang keras. Aere menjadi semakin takut. Didekap lebih erat lagi guling di tangannya. Aere gemetar. Kalimat kak Aeires masih terngiang-ngiang di pikirannya. Bahkan Aere takut walau hanya ingin makan sekalipun. Piring di atas meja belajarnya itu tidak disentuh sama sekali. Aere takut.
Aeires melangkah penuh penekanan-sehingga lantai sedikit bergetar-dengan kesal. Berulang kali dia menyebutkan kesalahan adiknya. Dengan kesal Aeires duduk di pegangan tangga dan meluncur turun. Sudah sering Aeires meluncur di pegangan tangga jika sedang emosi. Tak dipedulikan walau dulu sempat jatuh dan terluka cukup parah.
Pintu kamar yang tidak bersalah mendapat sambutan bantingan, hingga kaca di atas pintu hampir pecah. Sambil menyalakan laptopnya, Aeires mengingat-ingat kejadian satu jam yang lalu. Saat itu ia sedang mencari diarynya. Ternyata ditemukan di tangan Aere yang sedang membawa piring makan siang. Aere yang ketahuan sedang membaca isi diary itu -sambil tertawa-tawa- segera berlari memasuki kamar, dan sebagian makan siang Aere jatuh dan mengotori sepanjang ruang keluarga dan tangga. Pintu kamar Aere terkunci. Jadi selama sejam Aeires ngomel-ngomel. Mengomel dengan pintu, karena Aeires berhadapan dengan pintu. Ya, sekarang Aeires menyesal mengapa kunci kamarnya dirusakannya saat dulu sedang marah karena Aere mengacak-acak kamarnya. Sekarang, tanpa kunci itu siapa saja mudah masuk ke kamarnya. Termasuk Aere Creopardthree Crova yang baru saja membuat Aeires ingin pindah ke Afrika.
Aeires mengambil HP nya. Jari jemarinya mulai mengetik SMS. Dan... terkirim ke nomor Aere.
Triiiiinnngg... Triiiiinnngg... Dering suara SMS di HP Aere terdengar begitu nyaring. Aere sebenarnya takut untuk membukanya. Namun, rasa penasarannya itu menjadi pemenang dalam Olimpiade ‘Takut atau Penasaran’. Dibuka pelan-pelan SMS itu. Dan Aere lega sekali, karena SMS itu bukan dari kakaknya yang kalau sedang marah seperti ALIEN dalam film ALIEN VS PREDATOR.
From : Craza Deniel
Aere, besok bekal ke sekolah ya!
Quedo, Ramon dan Romeo juga bawa kok...
-Craza-
To : Craza Deniel
Oksss dech!!!
Beberapa detik kemudian ada SMS lagi yang masuk. Ahhh, pasti dari Craza lagi. Aere langsung membukanya. Ternyata.......
From : Kak Aeires
Heh, dasar penakut. Kembalikan diaryku!!! Atau... lihat saja besok!!!
Salam dingin
Aere mulai gigit jari. Ancaman apa yang bakal kak Aeires luncurkan??? Kalau dulu –yah, sekitar lima tahun yanga lalu- kak Aeires menyerang dengan meninggalkanku di sekolah, karena dia mengatakan kepada supir pribadi kami bahwa aku sudah pulang. Jadi, saat itu aku pulang naik bus sampai uangku habis. Ingat Aere.
Aere juga sudah panas dingin. Takut dengan ancaman itu. Namun Aere juga takut mengembalikan diary itu. Bimbang di ambang resiko. Kalau Aere tidak segera mengembalikan, kak Aeires bakal memberi ancaman yang Aere tidak tahu apa ancaman itu, jadi Aere tidak siap. Kalau dikembalikan, apa kak Aeires akan memukul, atau mencekik, atau mengusir Aere dari rumah???
“Besok saja aku kembalikan. Aku belum siap mengembalikan saat ini. Aku janji, kak!” ucap Aere dengan tangan mengepal ke atas. Itu yang biasa dilakukan mereka jika mengucap janji.
“Krrrruuuuyyyyyuuuukkkkk....” upppsss. Perut Aere berbunyi. Karena perut Aere sudah dangdutan... eh bukan dangdutan... maksudnya keroncongan, makan harus ada pasukan makanan yang siap memasuki kerajaan perut.
*********************************************
0 komentar:
Posting Komentar