CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Selasa, 07 April 2009

PROGRAM DIET FANNA (Part 1)

Apakah kalian tahu apa itu diet? Ya, benar. Diet itu adalah salah satu cara untuk menguruskan badan. 

Hmmm…… ngomong-ngomong soal diet, aku punya teman yang pernah diet. Namanya Fanna Hellenne Telluy. Panggil saja dia Fanna. Dia itu teman sekolahku, tetanggaku, sekaligus keluarga dari Telluy. Dia sangat baik namun dia mudah tersinggung. Dia sangat lembut dan pemalu. Tapi ada satu hal yang membuatnya minder. Tubuhnya yang kegemukan ! Ia lebih sering bermain di sekitar halaman rumahnya karena…… ya, ia malu. Aku pun senantiasa bermain bersamanya. Aku akan selalu membelanya jika ia diejek. Aku tidak terima jika Fanna diejek.

“MONSTER BULE………… Wah, teman-teman, ada monster bule nyasar, nih. Biarin aja!” aku teringat perkataan Zofo. Dia memang terkenal…… terkenal nakalnya. 

“BOLA SALAH ALAMAT, BOLA SALAH ALAMAT.” Aku juga teringat perkataan Dyiv. Walaupun ia perempuan, tapi ia juga tidak kalah nakalnya dengan Zofo. Dan saat itu juga aku melihat Fanna menangis sekencang-kencangnya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena aku sedang membantu Bunda Louz memasak di rumah. Jika masakan itu ditinggal begitu saja maka apa jadinya ? Padahal saat itu Bunda sedang permisi ke toilet. 

Ben, sepupu Fanna sangat kasihan. Namun dia sedang kehabisan ide. Aku pun bingung ingin melakukan apa. Hari itu otak kreatifku sedang error. Aku buntu ide. Dan karena terlalu keras berpikir badanku menjadi demam. Ya, aku sakit. Dan aku tidak bisa berpikir jernih kembali. Aku hanya bisa berbaring di tempat tidur, makan, minum, dan istirahat. Sangat bosan.

Ketika aku menoleh ke jendela kamar, aku melihat ada Reco yang masih berumur 5 tahun, anak tetanggaku sedang bermain balon dengan tawanya yang renyah dan lucu. Aku juga sempat tertawa. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di pikiranku. Setelah ide itu muncul di pikiranku, secara mendadak juga aku…… sembuh! It’s a Magic. Mungkin karena terlalu senang mendapat ide. Hi... hi... hi...

Aku segera mengambil sepedaku dan secepat kilat menuju rumah Ben yang (lumayan) dekat. Ben menerima ideku dengan senang hati. Aku sangat sangat sangat dan sangat senang.

********


“73 kilogram (kg)” kataku. Ben lekas mencatatnya. Setelah itu aku mengambil sebuah balon yang masih belum ditiup dari tas violetku (lagi). Aku meniupnya sampai balon itu mengembang semampu balon itu. Huh, selesai juga. Aku memberikan balon itu pada Fanna.

Fanna tampak bingung. “Untuk apa balon ini?” katanya lembut dengan perasaan heran dan penasaran. “Sekarang ikuti aku ya!” kataku penuh rahasia. He he he…… jahil juga, kan, aku ini. 

Aku melemparkan balon itu ke atas dengan dua tangan. Lalu ketika balon itu jatuh aku melemparnya lagi ke atas sambil menghitung, “Satu… Dua… Tiga…” dan seterusnya. Aku menyuruh Fanna mengikutiku. Ia sanggup. 

“Setiap hari lakukan itu minimal 1000 kali dan catatlah. Aku akan datang setiap hari untuk mengeceknya. Setiap berat badanmu turun 1 kg akan diberi uang 10 Hw.” Kataku menjelaskan panjang kali lebar. Eh... maksudnya panjang lebar. Kalau panjang kali lebar kan rumus Luas persegi panjang. Kan, sekarang sedang tidak belajar matematika.

Fanna hanya melongo. Aku pun pulang setelah dia benar-benar mengerti dan mau mencobanya. 
Besok sorenya, aku datang lagi ke rumah Fanna. Kulihat ia sedang melakukan tugasnya itu. 
“Sembilan ratus sembilan puluh empat…” dan seterusnya. Seluruh tubuhnya bercucuran keringat. Aku melihat kesungguhannya itu. Ia tidak tergiur dengan uang tawaran. Ia memang ingin diet. Sungguh hebat temanku yang satu ini.

PROGRAM DIET FANNA (Part 2)

“Ahhh… fiuh, kurang 6 lagi. Aku harus bisa” katanya lagi. Aku bersembunyi karena aku ingin membuat surprise untuknya. 

Fanna melempar balon lagi dan………………… selesai !!! Eits, tapi tunggu dulu. Apakah Fanna berhenti ? Jawabannya sama sekali tidak. Fanna terlihat belum puas. Hingga yang ke 1030 ia berhenti. Aku tahu mengapa dia berhenti? Karena ia sudah terlalu lelah. Mukanya memerah. Tubuhnya terasa panas. Keringatnya kira-kira sudah 10 kg (hehehe. Tetapi hanya bercanda). Namun semangatnya tidak turun. 

Aku mempunyai sebuah ide. Diam-diam aku menyelinap ke rumah Fanna lewat pintu belakang. Terlihat Tante Rezta, mama Fanna sedang memasak. 

“Ehmm, per-permi…… misi Tante Rezta.” Sapaku ragu-ragu. Tante Rezta menoleh.

“Eh, Shera, apa kabar? Ada perlu apa di sini?” Tanya beliau dengan senyuman yang indah. 

“Tante, boleh tidak kalau saya membuatkan minuman untuk Fanna? Ia terlihat sangat lelah.”

“Oh, boleh sekali. Ini, bagaimana jika kamu buatkan limune (baca : limun) segar. Itu minuman kesukaannya. Bahan dan alatnya ada di situ.”

“Baiklah, tante. Saya akan buatkan limune segar, dingin, dan nikmat buatan Shera. Terima kasih Tante Rezta, sudah memperbolehkan Shera membuat minuman untuk Fanna.”

“Sama-sama Shera. Tante malahan senang ada yang mau membantu Tante.” Sekali lagi Tante Rezta yang bertubuh langsing itu tersenyum. 

Aku mengambil bahan-bahan dan alatnya. Lalu sibuk membuat limune yang dijamin lezatnya luar biasa. 

Tuing…… cret…… blukutuk blukutuk…… tlingtlingtling…… plung plung…… slurpppp…… 

“Ah, enak.”

Setelah memastikan enak atau tidak, aku membawa limunenya ke halaman. Kemudian kusodorkan kepada Fanna.

“Oh, apa yang harus kuucapkan kepadamu, Shera? Aku sungguh berterima kasih. Kamu memang sahabatku yang sangat baik.”

Gluk, gluk, gluk, ahh…

Wusshhhyyyy, cepat sekali ia minum. Pantas saja tubuhnya menjadi gemuk. 

“Oh, ya sudah berapa kali?” tanyaku tanpa basa-basi.

“Sudah 1050 kali. Sekarang aku sudah merasa sedikit lebih ringan dengan cara seperti itu. Thank’s, ya!” balasnya.

Setelah berpamitan, aku mengayuh sepedaku menuju rumah. Perutku sudah dangdutan, eh keroncongan aliasnya lapar karena hari sudah menunjukkan tanda-tanda akan gelap. Makan malam, aku dddaaatttaaaaaaaaannnnnnnggggggg……………!!!!!!!!!


********


Setelah 21 hari 1 minggu (baca : 1 bulan), akhirnya berat badan Fanna turun 2 kg. sekarang berat badannya menjadi 71 kg dan ia sudah mendapatkan 2 Hw dari mamanya. Ternyata ia tidak menghamburkan uang itu. Ia malah menabungnya. Aku memberikan 2 ibu jari lagi untuk Fanna. 

Setiap hari tugasku dan Ben (mulai sekarang dan seterusnya) adalah:

@ datang ke rumah Fanna 

@ bersembunyi 

@ memberi salam pada Tante Rezta 

@ membuatkan limune dan memberikan limune untuk Fanna 

@ mengecek berapa kali Fanna memukul balon dan 

@ kami pulang. (Sangat rutin, teratur, dan terlaksana dengan baik, kan!)

Dan yang lebih hebatnya lagi, ia menambah porsi latihannya (bukan porsi makanannya, malahan sekarang porsi makannya dikurangi, lho) menjadi 2000 kali!!! Sekarang berat badannya sudah menjadi 55 kg! Jika setiap minggu berat badannya turun 1 kg, berapa hari Fanna melakukan dietnya yang manjur? 

PROGRAM DIET FANNA (Part 3)

Rumus: berat mula mula – berat sekarang = hasil

Hasil : 1 kg = ……minggu

n……minggu x 7 hari = ……hari

Jawaban: 73 kg – 55 kg = 18 kg

18 kg : 1 kg = 18 minggu 

18 minggu x 7 hari = 126 hari

Wah, wah, wah, hebat sekali si Fanna. Hanya dalam 126 hari berat badannya sudah turun 18 kg! Semangatnya selalu berkobar demi kembalinya rasa percaya diri Fanna.

********


“Horrrraaaaaayyyyyyyyy...!” seru Fanna sampai membuat telingaku sakit. Apakah kalian tahu mengapa Fanna segembira ini? Karena sekarang berat badan Fanna sudah menjadi 48 kg! Ya, perjuangannya untuk diet selama ini tidak sia-sia. Fanna berusaha sekuat mungkin. Dan sekarang harapannya terwujud.

Badan Fanna tidak lagi gemuk seperti dulu. Tetapi ideal atau normal seperti kebanyakan anak-anak yang lainnya. Fanna tidak lagi minder seperti dulu. Dan sekarang ia tidak takut lagi diejek oleh Zofo dan Dyiv. Dan yang lebih menggembirakan lagi, Fanna sudah PD alias Percaya Diri!!!

“Begitulah teman-teman. Cerita perjuangan Fanna untuk menguruskan badannya yang sudah tergolong obesitas itu. Dia tidak pantang menyerah dan berjuang keras. Pesan yang dapat kita ambil dari cerita tadi adalah jika kita mau berusaha dengan keras, mau berusaha, dan pantang menyerah, kita bisa mewujudkan keinginan kita."

Plok… plok… plok…

“Shera, ceritamu bagus sekali. Saya akan memberi nilai yang bagus untuk kamu. 95 !” kata Wrue Yefa saat aku selesai bercerita. Tugas kali ini memuaskan. Sembilan limaaa... Sembilan limaaa... Sembilan limaaa... Haduh, berlebihan sekali aku ini...

Terima kasih Fanna, karena kamu mempunyai sebuah cerita mengenai pengalaman hidup yang asam dan manis seperti sebuah limune tea (minuman kesukaanmu), tugas kali ini aku mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Aku senang sekali dan tidak menyesal mempunyai teman seperti kamu. Semoga kamu dapat mendengar kata-kataku ini yang sebenarnya hanya bisa didengar oleh aku. Kekuatan persahabatan yang tidak bisa dipisahkan. Semoga kita terus bersama sampai kapanpun.

********

Di rumah Fanna,

Shera, aku mendengar kata-katamu! Aku juga berterima kasih kepadamu. Tanpa kamu, aku tidak bisa PD. Aku akan membalas semua jasa-jasamu.

Begitulah, kekuatan persahabatan. Sebuah kejadian yang mustahil pun bisa terjadi karena kekuatan persahabatan tersebut. Teman-teman, cari sahabat terbaikmu, dan jangan pernah kalian melukai sahabat sendiri.

BY : KARINA DANASTRI HANINDITA

Senin, 06 April 2009

It's Me, Karina

Nama lengkap : Karina Danastri Hanindita

Panggilan : Karina/ Arin

TTL : Ungaran (Kabupaten Semarang), 29 Januari 1996

Agama : Katolik

Alamat : ...

Telp. rumah : ...

HP : 08123035960

Sekolah :
-TKK Taman Rini
-SDK Santo Mikael (1-3 SD)
-SDK Stella Maris ( 4-6 SD)
-SMPK Stella Maris

E-mail :
- karinadanastri@yahoo.co.id
- cerpenk_rina@rocketmail.com
- arinrio.dashjack@gmail.com
- zoniworld@gmail.com
- smpkstelma.7e@gmail.com

BLOG :
- www.karinanightmarebeforechristmas.blogspot.com
- www.cerpenk-rinadanas3.blogspot.com

Sabtu, 04 April 2009

AKU BANGGA PUNYA KAKAK WALAU PEMARAH (Part 1)

“Aere!!! Di mana kau sembunyikan diaryku???” teriak Aeires berulang kali. Tapi Aere keukeuh mengunci pintu kamarnya. Aere takut, jika ia membuka pintu kamarnya, kakak perempuannya itu bakal mencekiknya karena Aere mengambil buku diary kakaknya. Maka Aere pura-pura tidak dengar teriakan kakaknya itu.

“Uuuuhhhh... Awas kau! Begitu keluar, yang tersisa di kamarmu hanya lemari! Dasar, adik tidak tahu sopan santun!” diumpatkan kalimat tersebut di depan pintu kamar Aere dengan volume yang keras. Aere menjadi semakin takut. Didekap lebih erat lagi guling di tangannya. Aere gemetar. Kalimat kak Aeires masih terngiang-ngiang di pikirannya. Bahkan Aere takut walau hanya ingin makan sekalipun. Piring di atas meja belajarnya itu tidak disentuh sama sekali. Aere takut.

Aeires melangkah penuh penekanan-sehingga lantai sedikit bergetar-dengan kesal. Berulang kali dia menyebutkan kesalahan adiknya. Dengan kesal Aeires duduk di pegangan tangga dan meluncur turun. Sudah sering Aeires meluncur di pegangan tangga jika sedang emosi. Tak dipedulikan walau dulu sempat jatuh dan terluka cukup parah.

Pintu kamar yang tidak bersalah mendapat sambutan bantingan, hingga kaca di atas pintu hampir pecah. Sambil menyalakan laptopnya, Aeires mengingat-ingat kejadian satu jam yang lalu. Saat itu ia sedang mencari diarynya. Ternyata ditemukan di tangan Aere yang sedang membawa piring makan siang. Aere yang ketahuan sedang membaca isi diary itu -sambil tertawa-tawa- segera berlari memasuki kamar, dan sebagian makan siang Aere jatuh dan mengotori sepanjang ruang keluarga dan tangga. Pintu kamar Aere terkunci. Jadi selama sejam Aeires ngomel-ngomel. Mengomel dengan pintu, karena Aeires berhadapan dengan pintu. Ya, sekarang Aeires menyesal mengapa kunci kamarnya dirusakannya saat dulu sedang marah karena Aere mengacak-acak kamarnya. Sekarang, tanpa kunci itu siapa saja mudah masuk ke kamarnya. Termasuk Aere Creopardthree Crova yang baru saja membuat Aeires ingin pindah ke Afrika.


Aeires mengambil HP nya. Jari jemarinya mulai mengetik SMS. Dan... terkirim ke nomor Aere.

Triiiiinnngg... Triiiiinnngg... Dering suara SMS di HP Aere terdengar begitu nyaring. Aere sebenarnya takut untuk membukanya. Namun, rasa penasarannya itu menjadi pemenang dalam Olimpiade ‘Takut atau Penasaran’. Dibuka pelan-pelan SMS itu. Dan Aere lega sekali, karena SMS itu bukan dari kakaknya yang kalau sedang marah seperti ALIEN dalam film ALIEN VS PREDATOR.



  From : Craza Deniel

  Aere, besok bekal ke sekolah ya!
  Quedo, Ramon dan Romeo juga bawa kok...

  -Craza-

Aku membalas...

  To : Craza Deniel

  Oksss dech!!!

  -Aere-

Beberapa detik kemudian ada SMS lagi yang masuk. Ahhh, pasti dari Craza lagi. Aere langsung membukanya. Ternyata.......


   
  From : Kak Aeires

  Heh, dasar penakut. Kembalikan diaryku!!! Atau... lihat saja besok!!!

  Salam dingin

  -Aeires- “Rasakan besok!”

Aere mulai gigit jari. Ancaman apa yang bakal kak Aeires luncurkan??? Kalau dulu –yah, sekitar lima tahun yanga lalu- kak Aeires menyerang dengan meninggalkanku di sekolah, karena dia mengatakan kepada supir pribadi kami bahwa aku sudah pulang. Jadi, saat itu aku pulang naik bus sampai uangku habis. Ingat Aere.


Aere juga sudah panas dingin. Takut dengan ancaman itu. Namun Aere juga takut mengembalikan diary itu. Bimbang di ambang resiko. Kalau Aere tidak segera mengembalikan, kak Aeires bakal memberi ancaman yang Aere tidak tahu apa ancaman itu, jadi Aere tidak siap. Kalau dikembalikan, apa kak Aeires akan memukul, atau mencekik, atau mengusir Aere dari rumah???

“Besok saja aku kembalikan. Aku belum siap mengembalikan saat ini. Aku janji, kak!” ucap Aere dengan tangan mengepal ke atas. Itu yang biasa dilakukan mereka jika mengucap janji.


“Krrrruuuuyyyyyuuuukkkkk....” upppsss. Perut Aere berbunyi. Karena perut Aere sudah dangdutan... eh bukan dangdutan... maksudnya keroncongan, makan harus ada pasukan makanan yang siap memasuki kerajaan perut.


********************************************* 

AKU BANGGA PUNYA KAKAK WALAU PEMARAH (Part 2)

“Oh, tidak!!!! Di mana botol minumku???” Aere cemas sambil membongkar tas kecil yang berisi bekalnya. Aere menyerah. Botol minum itu sudah lenyap.


“Dan... inilah ancaman dari kak Aeires. Aku harus terima.” Aere lengah. Padahal ada pelajaran olahraga. Bagaimana jika tidak minum??? Oh, ya. Aere baru ingat. Kan, masih ada uang saku. Makan Aere meraba kantongnya. Tapi Aere tak percaya. Uang sakunya juga diambil kak Aeires.Yah... Aere kapok mencuri diary orang lain. Habislah dia. Sudah olahraga tidak minum, mau beli minum uangnya juga tidak ada. Nasib... nasib...

Akhirnya, dengan sangat terpaksa Aere meminjam uang dari Craza. Untung saja Craza sedang berbaik hati dan dengan senang hati meminjamkan sejumlah uang untuk sahabatnya.

*********************************************


“Craz, buku PR matku.....” ucap Aere pada Craza. Craza terheran-heran. “Memangnya kenapa?” tanya Craza sambil minum dari botol. Aere menjawab dengan ragu-ragu, “eehhhmmm.... lenyap.” Craza menyemprotkan air yang sedang berada mulutnya. Bangku yang sedang berada beberapa meter darinya basah kuyup.

“Bagaimana ini? Aku yakin sudah mengerjakan dan memasukannya. Hanya saja... sekarang buku itu tidak ada. Padahal... kau tahu, kan? Bu Irish sangat disiplin!!! Aku bisa-bisa dirubahnya menjadi monster dalam film Monster Inc dengan mata satu, berwarna hijau, punya gigi yang....”


“Aere!!! Jangan aneh-aneh!!! Memang sih Bu Irish sangat disiplin, tapi tak mungkin bisa merubahmu menjadi monster. Bangun, kawan!!! Jangan mimpi terus!!!” potong Craza sambil mengguncangkan tubuh Aere. Aere menduga bahwa ini kerjaan kak Aeires juga. Kak Aeires benar-benar keterlaluan, batin Aere dengan kesal. Dia berencana tidak akan mengembalikan diary kak Aeires.

“Yah, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa detik lagi sudah bel...” ucap Aere dan terdengar bunyi krrrrriiiiiinnnngggg...... Bel masuk!!! Aere tergulai lemas menduduki bangkunya.

“Selamat pagi, murid-murid!!! Sekarang kumpulkan PR kalian!!!” seru Bu Irish masih dengan wajah serius. Bu Irish berkeliling dan mulai mengambil satu-satu buku PR para muridnya sambil memeriksa nama sampulnya. Takut kalau-kalau muris itu meminjam dari kelas sebelah.

Dan apa yang ditakutkan Aere terjadi. Bu Irish mampir ke mejanya sambil memelototi Aere.


“Aere Crova, kemana buku PR mu kabur???” tanya Bu Irish sambil berkacak pinggang.


“Ehhh... Hiii.... lang da... ri tttaaa...ssss, Bu.” Jawab Aere sambil menunduk. Teman-teman sekelasnya menyoraki. Aere diam saja.

“Pasti alasan. Kamu belum selesai mengerjakan, kan?” Tanya Bu Irish menyerocos. Aere membantah. Namun Bu Irish tidak percaya.


“Sekarang kerjakan yang itu!!!” perintah Bu Irish. Ahhh... Mengapa Bu Irish memberikan nomor yang paling sulit. Aere pun lupa rumus pada soal itu. Padahal nomor yang lain Aere ingat betul. Sambil mematung di depan Whiteboard, dia diejek teman-temannya.

Beberapa saat kemudian seseorang mengetuk pintu kelas. Bu Irish keluar kelas untuk beberapa saat. Aere takut untuk menengok siapa yang mengetuk. Padahal beberapa temannya nekat menengok lewat jendela. Setelah beberapa menit, Bu Irish kembali memasuki kelas dan para murid yang menegok lewat jendela cepat-cepat kembali ke kursinya.


“Aere, kembali ke tempatmu.” Perintah Bu Irish sambil tersenyum. Dengan perasaan lega, Aere kembali ke bangkunya. Aere terbelalak ketika menatap buku PR nya ada di tangan Bu Irish! Menyesal tadi ia tidak melihat siapa yang memberi.

“Aere, kakakmu baik sekali. Walau waktu ulangannya sedikit terpotong, tapi tetap mengantarkan buku PR mu yang jatuh. Kau beruntung sekali.” Kata Bu Irish. Aere lebih terkejut lagi, karena sebenarnya yang mengantar buku PR itu adalah KAK AEIRES!!!!


*********************************************

Saat Aere melihat Aeires, Aere langsung berlari menghampirinya dan memeluknya. Aeires terheran-heran.

“Nanti, aku beritahu di rumah. Kakak mau bakso?”


“Hei, dalam perayaan apa ini?” tanya Aeires penasaran.

“Karena, kakak adalah orang terbaik di dunia!!! Terima Kasih, kak! Aku tidak jadi dihukum karena kakak. Diarynya ada di meja belajarku.” Jawab Aere girang. Aeires tersenyum. Dia tidak marah lagi pada Aere. Dia malah bangga punya adik seperti Aere.

“Walau kakak pemarah, tapi aku bangga punya kakak pemarah!!!” seru Aere. Mereka tertawa-tawa



BY : KARINA DANASTRI HANINDITA

Jumat, 20 Maret 2009

AKU MEMBUKTIKANNYA, KAK (Part 1)

Kakak perempuanku bernama Aeires Cennetatwo Crova. Kakakku adalah seorang gadis tomboi yang hebat. Dia baik, ramah, suka memberi, dan lincah. Dia suka menulis novel, bermusik, dan membaca. Nilai-nilai pelajarannya pun segemerlang bintang. Di antara otak sebelah kanan dan sebelah kirinya terjadi keseimbangan. Cita-citanya ingin menjadi novelist. Sebenarnya kakakku pandai dalam bernyanyi. Terbukti dia masuk dalam kelompok paduan suara. Karena kabar kakakku yang pandai menyanyi itu, aku terkena semprot manisnya. Aku juga dimasukkan dalam kelompok koor gereja. Namun kakakku bandel jika disuruh les menyanyi. Dia benci mempelajari yang seperti itu.

Aku tahu, setiap hari kira-kira ada 10 teman yang menelepon atau berSMS menanyakan tugas apa saja untuk besok. Dan kakakku tidak pernah bosan menjelaskan dengan kesabarannya. Namun kadang aku juga mendengar beberapa keluhan terhadap seorang teman yang tidak pernah mengucapkan terima kasih setelah kakakku membalas SMS. Dia ingin sekali menjitak kepala si pengirim SMS itu. Namun, aku berusaha menyabarkannya. Karena usahaku, tak ada jitakan satu pun yang mendarat di kepala si pengirim SMS itu.
Tapi ada kalanya kelemahan pada kakakku. Dia tak sabaran seperti yang barusan aku ceritakan. Lalu dia juga tertutup. Emosinya susah ditebak karena di setiap ekspresinya ditandai dengan raut muka yang sama. Aku sampai bosan dibuatnya. Dia tak pedulikan semua komentarku tentang raut mukanya yang hanya satu macam itu. Ada satu lagi. Yaitu pada tingkat malas pada saat mandi. Entah mengapa setiap hari ada saja alasannya menghindar saat-saat yang lain menyuruhnya mandi. Aku pun tidak jarang menasehatinya. Walau beribu-ribu kata aku keluarkan dengan sekuat tenaga, tetapi sifatnya tidak kunjung hilang. Ada-ada saja kakakku ini.
Kakakku mempunyai kegiatan rutin yang unik. Di rumah kami, rombongan nyamuk menyerbu setiap ruangan yang ada. Nah, kakakku sangat suka dalam hal men-ceplas-ceples nyamuk. Di mana saja dan kapan saja ada nyamuk pastilah kakakku langsung beraksi. Modalnya hanya mata yang tajam dan kedua tangan yang secepat kilat. Aku sampai hafal betul bagaimana cara memata-matainya, mengatur strategi, menangkap dengan secepat kilat, sampai memasukkan nyamuk mati itu ke air. Karena begitu hafal, aku meminta ambil bagian dalam tugas ini. Namun apa yang terjadi... di luar dugaanku... Kakakku tidak setuju jika aku ikut ambil bagian. Dia bilang aku harus lebih fokus dengan pelajaran daripada menangkap nyamuk. Dia janji, dia akan memperbolehkanku ambil bagian saat aku berulang tahun. Sekarang bulan Desember, sedangkan ulang tahunku Agustus. Wuah... Masih lama sekali. Aku kecewa berat dengan kakakku.

Oh, ya, mengenai aku...

Namaku Aere Creopardthree Crova. Aku adalah seorang anak yang gemuk namun tinggi. Sebenarnya kulitku putih. Namun karena aku terlalu sering main ke luar rumah tanpa memakai jaket, kulitku menjadi sedikit legam dan hampir menyamai kulit kakakku yang tidak terlalu legam. Aku pandai dalam berakting, selera humorku setinggi menara Eifel, dan aku suka bermain. Aku sampai dijuluki ‘Professor Mainan’ oleh kakakku karena aku pandai dalam hal mengutak-atik mainan yang rusak. Di rumahku ada ribuan mainan yang sepertiganya sudah rusak. Aku tidak pandai dalam merawat mainan-mainanku. Aku juga termasuk orang yang malas membereskan mainan.

Aku beri tahu, ya. Aku dan kakakku sangat kompak. Kami sama-sama suka bulutangkis. Kami suka bermain yoyo. Kami suka kartun Ben10. Jika disuruh memilih menu makanan pada saat berada di restauran bersama keluarga kami, pasti kami kompak.

Kami sama-sama jahil, dan dalam kejahilan itu kami melakukan bersama-sama. Hehehe... Kami juga kompak memilih sesuatu. Selera kami berdua sama. Suara kami dalam telepon juga sama sehingga kami bisa mengerjai siapa saja. Dan siapa saja itu pasti tertipu dengan suara kami. Termasuk papa dan mama kami. Kami bagaikan anak kembar.

Satu bulan lagi adalah ulang tahun kakak laki-laki pertamaku, Kak Arae Cinemaone Crova dan kakak perempuanku, Kak Aeires. Kak Arae berulang tahun 5 hari lebih cepat dari Kak Aeires. Kedua kakakku tidak pernah minta yang macam-macam untuk kado saat berulang tahun. Tidak seperti aku yang hobinya minta mainan saat berulang tahun. Mereka berdua malah rutin mendapatkan kejutan dari teman-temannya. Kalau aku, bukannya memberi hadiah, yang ada malah mengerjai keduanya. Untuk ulang tahun yang tinggal satu bulan lagi ini, aku berniat memberi kado untuk yang pertama kalinya. Namun aku bingung, kado apa yang akan aku berikan.
Aha, aku tahu. Untuk Kak Arae, aku akan membelikan sebuah headphone yang bermerek dan berkualitas tinggi idamannya. Walau haraganya agak mahal, tak apa-apalah. Aku bakal membalas budinya, karena Kak Arae sering sekali membelikanku makanan atau yang lainnya.