“Oh, tidak!!!! Di mana botol minumku???” Aere cemas sambil membongkar tas kecil yang berisi bekalnya. Aere menyerah. Botol minum itu sudah lenyap.
“Dan... inilah ancaman dari kak Aeires. Aku harus terima.” Aere lengah. Padahal ada pelajaran olahraga. Bagaimana jika tidak minum??? Oh, ya. Aere baru ingat. Kan, masih ada uang saku. Makan Aere meraba kantongnya. Tapi Aere tak percaya. Uang sakunya juga diambil kak Aeires.Yah... Aere kapok mencuri diary orang lain. Habislah dia. Sudah olahraga tidak minum, mau beli minum uangnya juga tidak ada. Nasib... nasib...
Akhirnya, dengan sangat terpaksa Aere meminjam uang dari Craza. Untung saja Craza sedang berbaik hati dan dengan senang hati meminjamkan sejumlah uang untuk sahabatnya.
*********************************************
“Craz, buku PR matku.....” ucap Aere pada Craza. Craza terheran-heran. “Memangnya kenapa?” tanya Craza sambil minum dari botol. Aere menjawab dengan ragu-ragu, “eehhhmmm.... lenyap.” Craza menyemprotkan air yang sedang berada mulutnya. Bangku yang sedang berada beberapa meter darinya basah kuyup.
“Bagaimana ini? Aku yakin sudah mengerjakan dan memasukannya. Hanya saja... sekarang buku itu tidak ada. Padahal... kau tahu, kan? Bu Irish sangat disiplin!!! Aku bisa-bisa dirubahnya menjadi monster dalam film Monster Inc dengan mata satu, berwarna hijau, punya gigi yang....”
“Aere!!! Jangan aneh-aneh!!! Memang sih Bu Irish sangat disiplin, tapi tak mungkin bisa merubahmu menjadi monster. Bangun, kawan!!! Jangan mimpi terus!!!” potong Craza sambil mengguncangkan tubuh Aere. Aere menduga bahwa ini kerjaan kak Aeires juga. Kak Aeires benar-benar keterlaluan, batin Aere dengan kesal. Dia berencana tidak akan mengembalikan diary kak Aeires.
“Yah, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa detik lagi sudah bel...” ucap Aere dan terdengar bunyi krrrrriiiiiinnnngggg...... Bel masuk!!! Aere tergulai lemas menduduki bangkunya.
Dan apa yang ditakutkan Aere terjadi. Bu Irish mampir ke mejanya sambil memelototi Aere.
“Aere Crova, kemana buku PR mu kabur???” tanya Bu Irish sambil berkacak pinggang.
“Ehhh... Hiii.... lang da... ri tttaaa...ssss, Bu.” Jawab Aere sambil menunduk. Teman-teman sekelasnya menyoraki. Aere diam saja.
“Pasti alasan. Kamu belum selesai mengerjakan, kan?” Tanya Bu Irish menyerocos. Aere membantah. Namun Bu Irish tidak percaya.
“Sekarang kerjakan yang itu!!!” perintah Bu Irish. Ahhh... Mengapa Bu Irish memberikan nomor yang paling sulit. Aere pun lupa rumus pada soal itu. Padahal nomor yang lain Aere ingat betul. Sambil mematung di depan Whiteboard, dia diejek teman-temannya.
Beberapa saat kemudian seseorang mengetuk pintu kelas. Bu Irish keluar kelas untuk beberapa saat. Aere takut untuk menengok siapa yang mengetuk. Padahal beberapa temannya nekat menengok lewat jendela. Setelah beberapa menit, Bu Irish kembali memasuki kelas dan para murid yang menegok lewat jendela cepat-cepat kembali ke kursinya.
“Aere, kembali ke tempatmu.” Perintah Bu Irish sambil tersenyum. Dengan perasaan lega, Aere kembali ke bangkunya. Aere terbelalak ketika menatap buku PR nya ada di tangan Bu Irish! Menyesal tadi ia tidak melihat siapa yang memberi.
“Aere, kakakmu baik sekali. Walau waktu ulangannya sedikit terpotong, tapi tetap mengantarkan buku PR mu yang jatuh. Kau beruntung sekali.” Kata Bu Irish. Aere lebih terkejut lagi, karena sebenarnya yang mengantar buku PR itu adalah KAK AEIRES!!!!
*********************************************
Saat Aere melihat Aeires, Aere langsung berlari menghampirinya dan memeluknya. Aeires terheran-heran.
“Nanti, aku beritahu di rumah. Kakak mau bakso?”
“Hei, dalam perayaan apa ini?” tanya Aeires penasaran.
“Karena, kakak adalah orang terbaik di dunia!!! Terima Kasih, kak! Aku tidak jadi dihukum karena kakak. Diarynya ada di meja belajarku.” Jawab Aere girang. Aeires tersenyum. Dia tidak marah lagi pada Aere. Dia malah bangga punya adik seperti Aere.
BY : KARINA DANASTRI HANINDITA
0 komentar:
Posting Komentar