Parfum... Oh... Parfum
“Bi Wy !!! Di mana buku ceritaku?” teriak Azel dari dalam kamar. Ia sedang mencari-cari buku cerita yang baru saja dibelinya kemarin. Judulnya FRIENDS FOR CLUB. Harganya mahal. Lemarinya berantakan.
Dengan tergopoh-gopoh Bi Wy berjalan menuju kamar Azel. Bi Wy datang dengan membawa sapu.
“Ada apa Dy Azel?” tanyanya dengan polos.
Bi Wy mengangkat bahu tanda tidak tahu dan berkata, “Lho, bukannya kemarin Dy yang menyimpannya sendiri. Mungkin Dy lupa menaruhnya di mana?”
“Bukannya kemarin Bi Wy yang menyimpan? Saat itu, kan, aku sedang ke toilet. Aku meninggalkan pesan di atas bukuku yang di teras itu. ‘Bi Wy, tolong simpan buku ini di lemari warna biruku’. Dan saat aku kembali, buku itu sudah tidak ada di meja teras. Kukira Bi Wy sudah membaca pesan itu dan menyimpannya di lemariku.” Jelas Azel panjang lebar.
“Saya kira Dy Azel sudah menyimpannya sendiri. Saat itu saya sedang membawakan jus jeruk untuk Dy. Saat saya sampai di sana Dy tidak ada di tempat dan buku Dy juga tidak ada di meja teras. Saya kira Dy sudah masuk kamar. Jadi, jus jeruknya diminum oleh Mr. Kun (tukang kebun Azel). Setelah itu saya menutup pintu pagar yang terbuka.” Jelas Bi Wy yang tidak kalah panjang lebarnya.
Azel semakin bingung. Ia pun berusaha melupakan bukunya yang sedang ‘bermain petak umpat’ aliasnya menghilang. Namun ia tidak bisa melupakannya.
Keesokan harinya,
“Azel, sarapannya sudah matang. Cepatlah jika menyisir, Azel!” terdengar suara mama dari dapur. Azel yang sedang mengikat rambutnya dengan jepit bergambar binatang jerapah berwarna kuning bertotol oranye pun buru-buru.
“Mama, apa sarapan pagi ini?” Azel menuju dapur dan bertanya demikian dengan rasa penasarannya.
Mama hanya tersenyum. “Lihatlah sendiri, Azel!” kata mama penuh rahasia. Azel menjadi semakin penasaran. Dibukanya penutup makanan. Dilihatnya ada makanan favoritnya ‘mejeng’ di meja makan. Nasi goreng buatan mamanya yang tiada duanya. Seketika mukanya menjadi penuh keceriaan. Namun selang beberapa saat mukanya muram.
“Lho, memangnya makanannya tidak enak, ya? Sini biar mama ganti dengan makanan yang lain.” Kata mama. Azel menggeleng.
“Tidak usah, ma. Azel Cuma sedang tidak mood, kok. Masakan mama, kan, enak. Siapa yang berani menolak.” Kata Azel. Azel mulai mengambil sendok di samping kanan piring dan mulai makan nasi goreng itu. “Nih, Azel makan kok, ma. Hmmm…… enak sekali!”
Mama geleng-geleng kepala melihat tingkah putri bungsunya itu. Azel mempunyai kakak yang kembar. Kedua kakaknya itu laki-laki. Nah kakak sulung Azel sedang pergi berkemah dengan teman sekolahnya. Jadi menurut mama maklum jika Azel tidak mood. Karena biasanya hari-hari Azel diisi bersama sang kakak sulung.
“Azaline de Francy Telluy, kakakmu, Defeno de Francy Telluy sedang berkemah bersama teman-temannya, sayang. Pulangnya 1 minggu lagi. Sabar ya, sayang. Kan, masih ada mama dan Kak Greafeno (baca: grifino) de Francy Telluy.” Hibur mama. Namun kali ini tembakan mama salah sasaran. Azel bukan sedih karena kakaknya yang sedang pergi, tapi…………………………… pasti kalian tahu sendiri.
Azel memasang sepatu roda berwarna ungu ke kakinya. Lalu pergi secepat kilat menuju sekolah.
Di sekolah,
Kring………………………………
Pak Raze (baca: pak res) masuk ke dalam kelas. Pak Raze mengajar pelajaran matematika. Pelajaran baru berlangsung satu menit. Tiba-tiba datang teman Azel yang terlambat. Tetapi dia lebih pantas dianggap musuh Azel. Namanya Tanyia. Sifatnya yang kecentilan, sombong, dan egois ini membuat Azel membencinya.
“Ha… ha… ha…” tawa seisi kelas pun meledak. Dilihatnya muka Tanyia yang memerah saking malunya. Memang pantas bagi Tanyia untuk pelajaran baginya.
Ow, ow. Siap-siap saja kau Tanyia dimarahi Pak Raze. Memang, jika Pak Raze menyebut nama panjang seorang murid, berarti ia sedang marah. Duh, kasian Tanyia. Kasian dari hongkong, kali. Hahaha ……
Pelajaran kembali berlangsung dengan lancar. Mereka sekelas mendapat tontonan gratis, nih. Seorang Tanyia berdiri di depan pintu menghadap ke arah teman-teman sekelasnya. Ia berdiri dengan satu kaki dan tangan yang menarik kedua telinganya. Seringkali Tanyia jatuh karena yidak kuat menahan.
Saat istirahat pertama,
“Namaku Azaline de Francy Telluy. Tahu, tukang terlambat.” Balas Azel. Athena Difany atau Athe dan Athena Difyna atau Thena (si kembar teman baiknya Tanyia yang lahir di Athena) kaget mendengar perkataan Azel.
“Eh…… ma, masih dibaca oleh kakakku.” Jawab Azel berbohong. Ia terpaksa. Jika Azel mengatakan bukunya hilang, pasti Tanyia tidak akan percaya pada Azel.
“Bilang saja kalau kamu tidak ingin meminjamkannya padaku. Athe, Thena, ayo kita cabut dari hadapan de Jelek ini!!!”
Saat istirahat kedua,
Satu minggu kemudian,
Buku itu telah kembali!!! ‘Oh my God dragon’!!! Eh, aliasnya ‘Astaga Naga’!!! Dari mana saja buku itu? Azel semakin, semakin, dan semakin bertambah rasa sejuta penasarannya.
Ia mengambil handphonenya dan menghubungi Zhazha. Zhazha sering menjadi detektif. Hanya beberapa anak saja yang mengetahui ke’detektifan’ Zhazha.
“Hallo, apakah ini Zerazya Faby Angelinque (baca: zerasya febi enjelinkui)?”
“Iya, ini Zhazha. Ada apa Azel?”
“Tolong ke rumahku segera, ya! Sangat penting. Ada telur yang belum terpecahkan. Eh, maksudku masalah yang belum terpecahkan.”
**********
“Azaline de Francy, ini Zerazya Faby Angelinque.”
**********
“Jadi, saat itu buku itu hilang begitu saja. Padahal sebelumnya aku ingat betul aku meletakkan buku itu.” Jelasku. Zhazha mengerutkan dahinya.
“Lalu apa yang dilakukan Bi Wy?” Tanya Zhazha.
“Bi Wy ingin memberiku jus jeruk. Tapi ketika sampai di teras aku dan bukuku sudah tidak ada. Kemudian ia menutup pagar yang terbuka.”
“Tidak.”
Lalu Zhazha memeriksa buku itu dengan teliti. Melihat isinya, mencium baunya, dan meraba buku itu. Ia hanya menemukan sobekan tissue. Ia memeriksa sobekan tissue itu. Sobekan tissue itu berbau...... LAVENDER!!!
“Siapa?” Tanya Azel dengan senang.
**********
“Tanyia, apakah aku boleh duduk di sebelahmu?” Tanya Zhazha.
“Oh, sangat boleh. Kamu salah satu dari temanku.” Jawab Tanyia.
Tiba-tiba Azel datang dari balik pintu.
“Eh, teman-teman!!! Di kelas kita ada pencuri, lho. Dia itu tidak mau berkorban sedikit aliasnya pelit! Maka, ia diam-diam mengambil buku baru Azel yang harganya mahal itu.” kata Zhazha.
“Ceroboh sekali sih kamu!!! Tanya, Tanya, eh, bukan Tanyia, sih. Lebih bagus TANYA! Ha...ha...ha...” kata Yufe.
Semua mata seisi kelas tertuju pada Tanyia. Tanyia diam tidak berkutik. Sekujur tubuhnya berkeringat dingin. Mukanya memerah. Matanya tergenang oleh air mata. Dan saat itu si manja menangis dan pergi keluar dari kelas. Saat sedang berlari, dia jatuh terpeleset. Semuanya tertawa. Semoga saja Tanyia kapok menjadi sombong. Mari tertawa bersama-sama. Hahahahahahahahahahahahaha……
Ini semua GARA-GARA PARFUM sih. ^_^
-K-rina Danas3 Hanindita-
0 komentar:
Posting Komentar